Kamis, 17 Oktober 2013

 

Judul Buku         : Nasional.Is.Me

Penerbit              : Bentang Pustaka
Penulis                : Pandji Pragiwaksono
Jumlah Halaman  : 233 hlm
Tahun Terbit        : 2011



        Ditengah carut marutnya kehidupan di Negara ini, di tengah krisis kepercayaan masyarakat terhadap para pemimpin Negara, dan di tengah ketidak-PeDean masyarakat Indonesia akan nasib Negaranya, buku ini hadir dengan optimisme kuat.

Pandji Pragiwaksono, melalui salah satu karyanya ini ingin mengembalikan kecintaan seluruh rakyat terhadap Indonesia ini, melahirkan optimism kuat untuk Indonesia, dan kelak memicu perubahan baik untuk Tanah Air kita.
Buku ini awalnya muncul dalam versi e-book (atau sering ditulis buku-e) dan bebas didownload (diunduh) oleh siapapun. Karena jumlah pengunduhnya yang begitu banyak maka ada yang merequest untuk dibuatkan menjadi buku dan hasilnya adalah sebuah buku yang berisi ajakan untuk mengenali Indonesia, menemukan passion dan berkarya bagi bangsa Indonesia ini.

Di awal buku ini dituliskan mengenai kisah kecil Pandji yang sekolah di SD lalu mengalami perubahaan saat masuk ke sebuah SMP dan SMA yang akhirnya dia senangi karena sangat multi-kultural dan menghargai setiap perbedaan yang ada dan juga sangat kompak sekali.

Lalu juga pandji membahas mengenai keindahan Indonesia yang tersebar di beberapa kota yang mungkin kita tidak sering kunjungi. Beberapa kota disebutkan seperti Yogyakarta, Bandung, Belitun, Jayapura, Surabaya, Manado, Padang, Semarang. Semua kota tersebut yang dituliskan ternyata memiliki masing-masing daya tarik yang harus dikunjungi. Tidak lupa juga untuk mengunjungi Bali dan tentunya kota yang kita rindu namun benci. Jakarta.

Di bab selanjutnya Pandji mengupas bagaimana dia beserta pengguna Twitter yang lain berusaha untuk membuat Indonesia terus terlihat positif ketika terjadinya bom di daerah Kuningan sehingga Manchester United tidak jadi datang. Namun dengan perjuangan mereka akhirnya sebuah gerakan baru tanpa organisasi yang nyata muncul yaitu #IndonesiaUnite dan sampai sekarang masih ada.

Juga dia menuliskan beberapa tokoh yang saat ini menjadi fenomenal seperti Yoris Sebastian, Rene Suhardono, Ligwina Hananto, Joko Anwar, Daniel Mananta dan juga tentunya Prof. Yohannes Surya. Mereka semua adalah orang-orang Indonesia yang membuat nama Indonesia menjadi harum. Prof. Yohannes Surya mengirimkan anak-anak yang berbakat dalam bidang fisika ke kejuaraan dunia dan akhirnya pulang dengan membawa medali emas.

Pandji juga menuliskan keterlibatannya dalam membangun Indonesia yaitu musik HipHop dimana sudah beberapa album yang dikeluarkan olehnya dan berisi mengenai semangat perjuangan positif untuk Indonesia, juga ada yayasan C3 (Community for Children With Cancer) yang bergerak untuk membantu anak-anak penderita kanker dari keluarga tidak mampu. Juga ada gerakan satu tiang satu tahun dan juga Donor Tetap bagi seorang anak yang membutuhkan darahnya.

Dan diakhir buku dia menuliskan 3 langkah yang dapat kita lakukan untuk menjadika Indonesia sebagai bangsa yang hebat:
1. Kenali Indonesiamu
2. Temukan passion-mu
3. Berkaryalah untuk masa depan bangsamu

Satu kutipan bagus dari Glenn Fredly "Bukan kebetulah elo lahir pada zaman ketika Indonesia sedang seperti sekarang ini dan bukan kebetulan juga elo membaca tulisan ini.."

Sederhananya adalah : kita dilahirkan di bangsa dan zaman sekarang ini bukan karena kebetulan namun karena memang kita ditakdirkan untuk berkarya dan membuat Indonesia menjadi lebih baik lagi!!

Rabu, 16 Oktober 2013

Resensi Buku Saatnya Dunia Berubah


Judul Buku          : Saatnya Dunia Berubah

Penerbit              : PT. Sulaksana Watinsa Indonesia
Penulis                : Siti Fadhilah Supari
Jumlah Halaman  : 182 hlm
Tahun Terbit       : 2007










  Buku fenomenal karangan –mantan- orang nomor satu di Departemen Kesehatan ini, pertama kali “meledak” bukan di Indonesia. Tapi, di negara tetangga. Australia. Disanalah digelar symposium nasional yang membahas karya dokter ahli jantung ini. Kebanyakan para ahli memuji sikap Menkes yang berani unjuk suara terhadap ketidakadilan di dalam sistem kesehatan dunia. Barulah setelah mengetahui ada kabar symposium di Australia, media massa di Indonesia berusaha meledakkannya di dalam negeri. Tak butuh seminggu, Menkes sudah dibicarakan masyarakat mengenai karyanya yang kritis tersebut.
Berbicara mengenai kekritisan sang menteri dalam bukunya. “Saatnya Dunia Berubah” membahas habis mengenai sistem kesehatan di dunia (di bawah naungan WHO) yang penuh ketidakadilan bagi negara-negara berkembang. Secara gamblang beliau menjelaskan panjang lebar mengenai sistem tersebut.

Sebuah sistem pendistribusian virus dari negara berkembang yang diambil sampelnya disetor ke WHO (Penyetoran tersebut seringkali tanpa kontrak yang jelas) dari sanalah WHO membawa virus ke laboratorium Departemen Pertahanan Amerika. Yang membuat Siti Fadhilah sewot adalah dengan dibawanya sample virus ke lab tersebut telah menimbulkan tanda Tanya besar. Virus pasti akan dibuat antivirusnya dan dijual kembali kepada negara berkembang dengan harga yang sangat mahal (padahal sample virus tadi diambil dari negara berkembang).

Presentasi makalah (sebelum dibukukan) Siti Fadhilah Supari untuk mereformasi ulang sistem tersebut mendapat apreasiasi luas di kalangan Internasional. Khususnya negara-negara Afrika. Beliau menekankan perlunya kedudukan yang jelas negera pengirim sample dalam kasus pembuatan antivirus ini. Agar kedepannya tercipta sistem yang berkeadilan bagi negara-negara berkembang (yang notabene sering terserang penyakit bervirus).

Demikianlah, disaat pemerintahan- pemerintahan negara lain bungkam terhadap sebuah permasalahan besar. Dari Indonesia kita mempunyai menteri –yang mirip dengan Ali Alatas- berani menyuarakan keadilan tanpa menyuarakan suara antiasing. Sayangnya, dalam pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II SBY-Boediono. Orang-orang seperti Siti Fadhilah Supari tersingkir dari kursi menteri. Entah apa yang sedang direncanakan
____________________________________________________________________________________