Misalnya saja UNAS itu nggak ada, bagaimana orang bisa
mengukur standar kualitas pendidikan di Indonesia. UNAS bisa menjadi semacam
sertifikasi hasil pembelajaran selama ini. Semestinya kalau ada UNAS, ya harus
ada standarisasi kurikulum tingkat nasional. UNAS harus ada untuk standarisasi
dan pengukuran barometer keberhasilan pembelajaran, tetapi dengan prosedur yang
mengarah ke sana. Biasanya soal-soal UNAS tidak ada sama sekali hubungannya
dengan pelajaran. Semestinya dengan UNAS, segera tentukan buku standard yang
ada, sehingga siswa tidak dibingungkan dan soal-soalnya harus selalu
diperbaharui, tidak meniru soal-soal yang dulu, kalaupun ada soal yang sama
harus divariasi. Selama ini siswa-siswa dibebaskan memakai sumber pelajaran
yang berbeda-beda antara daerah satu dengan yang lainnya.
Dengan UNAS, siswa-siswi harus menguasai pelajarannya lebih dulu sejak awal
tahun masuk...........
Jangan sampai pas menjawab soal hanya menghitung kancing
baju.....................
Dengan UNAS dan standarisasi pelajaran, dimungkinkan siswa dari Sumatra bisa
melanjutkan belajar di Jawa, atau sebaliknya, siswa Kalimantan bisa belajar di
Sumatra atau sebaliknya, pokoknya belajar lintas daerah.
Akan tetapi mulok tetap harus ada.....................walaupun tidak di
UNAS-kan.
Tidak seharusnya menganaktirikan ilmu-ilmu sosial dari ilmu
eksakta.....................
menurutq yg jadi keberatan banyak pelajar bukan ujiannya yg jadi penentu
masa depan nya.dari dulu sebelum taun 2003 juga ada udah ada nilai standar
murid berhak lulus ato engga, cuma emang persyaratan yg berlaku ga
"sekejam" sekarang. pun mata pelajaran yg diujikan memang sesuai
dengan apa yg sudah dipelajari. selain itu, kekejaman lain yg membuat pelajar
keberatan karna tidak adanya jaminan atawa fasilitas yg bisa diberikan
pemerintah lewat sekolahnya utk mencerdaskan at least memastikan pelajar
memahami pelajaran dengan baik.
Banyak usaha yg seharusnya bisa dilakukan pemerintah termasuk guru sebagai
pendidik. ga sekedar tranfer teori tapi seharusnya bisa mentransformasikan
nilai2 esensial yang ada dlm mata pelajaran itu sendiri sehingga tdk menjadikan
peserta didik makan teori. kenyataannya selama ini pelajar indonesia tdk
dididik utk memahami drmana teori itu berasal tp kesanggupan menjawab
pertanyaan dengan benar.
Mungkin kurikulum yg sedang coba dikembangkan oleh pemerintah pun dlam
rangka mengembangkan keilmuan tiap anak sekaligus kemandirian belajar,hanya
saja memandirikan tanpa mendampingi sehingga setiap anak yg belajar kesusahan
mengimplementesaikan terlebih tidak pernah adanya sosialisasi dan penjelasan
scr gamblang apa perbedaan dan tujuan tiap kurikulum.saya sepakat ktk kurikulum
bertujuan memandirikan anak bangsa spy tidak jadi "bayi" yang selalu
disuap tp kehilangan kreativitas. cuma ya itu, ga semua pelajar sanggp
dimandirikan dg cara "dilepas".setiap tahun berganti murid,dari
beragam latar belakang pendidikan,keluarga dll sementara guru relatif tetap utk
jangka waktu yg lama.
Well, menurut saya sebetulnya para pelajar tidak akan begitu keberatan adanya
std kelulusan selama sistem yg sedang diujikan dan dikembangkan ini juga
diseimbangkan dengan fasilitas yg seharusnya diberikan pd pelajar terlebih
jaminan tentang next step yg seharusnya ada yg sanggup menjamin masa depan
mereka.bukankah setiap warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak?saya
fikir sangat tidak fair seorang pelajar peserta olimpiade matematika dan pada
saat pengumuman dinyatakan tdk lulus krn makanan sehari2nya-yaitu
matematika-tdk lolos std kelulusan sementara penilaian LJS itu melalui mesin
scan.
seandainya dia diminta mengerjakan dengan essay dan gurunya yg mengoreksi
kemungkinan dia lulus diatas 90%.ini membuktikan masih adanya kelemahan dalam
sistem yang diberlakukan sekarang.walaupun tdk berarti ujian itu dihapuskan
tetapi berdasar apa yg terjadi di lapangan selama inisaya pikir sudah
selayaknya pemerintah membuka mata utk lebih perhatian terhadap aspirasi
pelajar itu sendiri. toh pelajar kita bukan orang yg buta dengan aturan main
pun bukan orang yg tidak mau diatur,pelajar sekarang semakin cerdas dalam
mengkritisi kebijakan yg memang tidak "fair".
Fasilitas,jaminan,next follw up system 3 hal inilah yg seharusnya diperbaiki
da diadakan terlebih dahulu utk menjamin kelulusan seluruh anak didik sekaligus
menjamin tidak adanya kecurangan2 yg mungkin terjadi pd saat mereka diuji dan
orisinalitas keilmuan yg mereka kuasai.buat pelajar indonesia: be smart!
wallahu'alam
PENTINGNYA UAN
Unas sayakira tetap penting sebagai media evaluasi akhir
siswa. Evaluasi memang sebaiknya dipegang pemerintah. Karena banyak sekolah
memang gak berani tidak meluluskan siswanya yang memang gak mampu. Mereka yang
gak layak lulus tetap diluluskan, khawatir ancaman keselamatan hingga materi
dari para guru maupun sekolah.
Di sisi lain, banyak sekolah yang tidak berani tidak meluluskan siswanya karena
khawatir dianggap kualitasnya rendah.
Dengan kelulusan dipegang pemerintah, maka tanggung jawabnya tetap pada
pemerintah.
Namun demikian, bagi sekolah yang mapan dan baik kualitasnya, sebaiknya
menerapkan kriteria lulus UNAS Plus. Artinya, kriteria kelulusan UNAS masih
sebatas minimal, untuk seluruh siswa di indonesia. Karena itu, sekolah yang
bagus harus menambahkan kriteria kelulusannya lagi. Berani nggak?
Kalu gak berani sama saja dengan menurunkan kualitas sekolah tersebut.
UAN TIDAK PENTING:
Secara Global setelah diperhatikan sampai sekarang, bangsa Indonesia tidak
maju. Jika dibuat ujian seperti apapun, tetap Indonesia tidak maju. Kalo mau
dianalisa yang membuat maju bangsa Indonesia bukan masalah ujiannyo.
2. Banyak orang2 pintar dengan nilai akhir rata-rata 7 ato 8 ato 9. dari
dulu tuh. tapi kenyataannya Indonesia masih hancur. Indonesia tidak terlihat di
dunia. Indonesia tetap menjadi negara perahan. Malah ada seorang Profesor yang
menjabat Rektor suatu kampus terkemuka di Indonesia, dalam acara televisi
menyatakan "mana haknya orang kaya?" kenapa semua untuk orang miskin?
saya yakin bahwa Profesor tsb sudah bejat moralnya. Mana bisa dia jadi profesor
kalo tidak dapat dana dari beasiswa? sungguh aneh jika ada profesor dari kaum
borjuis. karena kaum borjuis tidak suka belajar. sukanya hura2. mungkin
profesor ini hanya kaki tangan kaum tsb.
3. Yang diperlukan bangsa Indonesia adalah orang2 yang berani membuat
perubahan. tentunya untuk bangsa ini bukan untuk kaumnya saja. Bukan orang2
yang dicetak pintar tetapi tidak kuat terhadap perubahan. Hanya mengandalkan
nilai bagus saja. Seorang pengarang buku perubahan yang laris ditahun 2007 dan
juga seorang dosen. ternyata hanya bisa membuat buku dan menjadi dosen. hanya
tulisan saja bukan kenyataan.
4. UNAS merupakan salah satu penyaringan manusia Indonesia. Analoginya jika
ada manusia yang tidak melewati saringan ini bagaimana mental orang tersebut
setelahnya? Saringan manusia ini adalah penciptaan dari manusia2 yang ada, yang
mengganggap dirinya pintar; tapi membodohi orang lain.
5. Kenyataannya Indonesia masih bisa di Pinterin oleh bangsa lain. Dengan
sejarah yang ada artinya pendidikan di Indonesia bukan untuk memajukan siswanya
tetapi untuk minterin mereka.
6. Kalau membandingkan nilai rata2 hasil kelulusan negara lain, tentunya
harus dibandingkan pula dengan proses belajar yang dilakukan mereka. Jangan
membandingkan ekornya saja sedangkan kepala dan anggota tubuh yang lain tidak
dibandingkan. Suatu pembentukan opini yang minterin juga ini.
7. Solusinya saat ini adalah; Indonesia memerlukan orang2 berperilaku moral
yang baik. Karena ini telah terjadi penghapusan pendidikan moral. Hal ini
ditujukan untuk mengurangi angka korupsi dan calon2 koruptor di Negara ini.
Hilangkan UNAS, karena UNAS tidak mendidik siswa menjadi pemberantas koruptor.
Simpelkan...
8. Pengalaman saya; membuat suatu tempat untuk berubah, yang bisa membuat
tempat tersebut maju, butuh tenaga ekstra dan pikiran yang kuat untuk berhasil.
dan kekuatan hati untuk mendobrak rutinitas yang ada. dan keberhasilan adalah
hasil yang akan dicapai. dan penciptaan tersebut bukan dinikmati untuk diri
saya sendiri tetapi untuk orang lain. karena yang saya miliki adalah haknya
orang lain saya hanya meminjam tubuh ini dari Alloh, dan saya akan kembali
kepada Nya nanti.