Rabu, 16 Oktober 2013

Resensi Buku Saatnya Dunia Berubah


Judul Buku          : Saatnya Dunia Berubah

Penerbit              : PT. Sulaksana Watinsa Indonesia
Penulis                : Siti Fadhilah Supari
Jumlah Halaman  : 182 hlm
Tahun Terbit       : 2007










  Buku fenomenal karangan –mantan- orang nomor satu di Departemen Kesehatan ini, pertama kali “meledak” bukan di Indonesia. Tapi, di negara tetangga. Australia. Disanalah digelar symposium nasional yang membahas karya dokter ahli jantung ini. Kebanyakan para ahli memuji sikap Menkes yang berani unjuk suara terhadap ketidakadilan di dalam sistem kesehatan dunia. Barulah setelah mengetahui ada kabar symposium di Australia, media massa di Indonesia berusaha meledakkannya di dalam negeri. Tak butuh seminggu, Menkes sudah dibicarakan masyarakat mengenai karyanya yang kritis tersebut.
Berbicara mengenai kekritisan sang menteri dalam bukunya. “Saatnya Dunia Berubah” membahas habis mengenai sistem kesehatan di dunia (di bawah naungan WHO) yang penuh ketidakadilan bagi negara-negara berkembang. Secara gamblang beliau menjelaskan panjang lebar mengenai sistem tersebut.

Sebuah sistem pendistribusian virus dari negara berkembang yang diambil sampelnya disetor ke WHO (Penyetoran tersebut seringkali tanpa kontrak yang jelas) dari sanalah WHO membawa virus ke laboratorium Departemen Pertahanan Amerika. Yang membuat Siti Fadhilah sewot adalah dengan dibawanya sample virus ke lab tersebut telah menimbulkan tanda Tanya besar. Virus pasti akan dibuat antivirusnya dan dijual kembali kepada negara berkembang dengan harga yang sangat mahal (padahal sample virus tadi diambil dari negara berkembang).

Presentasi makalah (sebelum dibukukan) Siti Fadhilah Supari untuk mereformasi ulang sistem tersebut mendapat apreasiasi luas di kalangan Internasional. Khususnya negara-negara Afrika. Beliau menekankan perlunya kedudukan yang jelas negera pengirim sample dalam kasus pembuatan antivirus ini. Agar kedepannya tercipta sistem yang berkeadilan bagi negara-negara berkembang (yang notabene sering terserang penyakit bervirus).

Demikianlah, disaat pemerintahan- pemerintahan negara lain bungkam terhadap sebuah permasalahan besar. Dari Indonesia kita mempunyai menteri –yang mirip dengan Ali Alatas- berani menyuarakan keadilan tanpa menyuarakan suara antiasing. Sayangnya, dalam pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II SBY-Boediono. Orang-orang seperti Siti Fadhilah Supari tersingkir dari kursi menteri. Entah apa yang sedang direncanakan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

____________________________________________________________________________________